Rabu, 29 Juni 2011

Resensi Novel Larung


Larung adalah novel  kedua dari ayu utami dan sekaligus lanjutan dari novel “Saman”. Dalam buku ini bertambah lagi satu tokoh utaman bernama Larung Lanang. Selain masih ada beberapa tokoh dari kisah sebelumnya seperti Saman, Laila, Yasmin, Cok, Sihar, dan Shakuntala.
Novel ini dibuka dengan menceritakan watak Larung, seorang pemuda berperawakan kecil, kurus yang mempunyai nenek yang berilmu tinggi. Nenek itu sangat kasar terhadap orang lain, tetapi sangat baik kepada Larung. Tetapi Larung berniat membunuhnya dengan alasan ingin menolong neneknya dari siksaan. Larung menemukan foto bertuliskan “Njani dan Soeprihatin, Photo Studio Like Kono Djogja, 1941”. Dari sinilah Larung meminta bantuan kepada sahabat neneknya itu untuk membantu membunuhnya.
 Di novel ini Ayu juga masih menceritakan tentang hubungan asmara antara Yasmin dan Saman, Laila dan Sihar. Yasmin adalah seorang pengacara dan aktivis kemanusiaan, dan Saman mantan pendeta yang pernah menjadi buron karena dituduh sebagai dalang beberapa kerusuhan di Sumatera. Karena sering terlibat berbagai kegiatan bersama akhirnya mereka menjadi akrab. Sedangkan Laila adalah seorang fotografer yang jatuh cinta kepada Sihar, seorang pria beristri dan bekerja di perusahaan pertambangan.
Tetapi yang selalu membuat saya mengikuti novel dari Ayu adalah keberaniannya menentang berbagai hal yang dianggap tabu, mulai dari komunisme, sejarah, politik bahkan gamblang menceritakan berbagai ulah oknum “berambut cepak”. Disini juga diceritakan suasana politik masa itu (orde baru) hingga penyerangan markas PDI pimpinan Megawati Soekarnoputri di Jalan Diponegoro.
Novel ini amat segar dibaca karena menyuguhkan cerita erotis, memberontak, “menyentil” pemerintah tetapi diungkapkan dengan kalimat yang cerdas.