Selasa, 07 Desember 2010

Tahun Baru Islam hanya hari libur nasional

Hari ini tahun baru Islam 1 Muharram 1432 H. Tidak ada perayaan Istimewa di beberapa tempat, mungkin hanya segelintir orang saja yang merayakan Tahun Baru ini. Sebagian lagi hanya menganggap ini Hari Libur Nasional dan saatnya beristirahat atau mungkin weekend ke luar kota berdekatan dengan hari Senin dan Minggu.
Negeri ini mayoritas beragama Islam, tapi mengapa tahun baru ini serasa tidak ada hal apa-apa. Berbeda jika terjadi hal yang berpotensi atau telah menghina Islam, banyak ormas-ormas atau segelintir orang yang merasa sangat "tersakiti" dan maju di garda terdepan. Dengan dalih "jihad" merusak, mengganggu bahkan menyakiti orang lain, dan menganggap agama lain berbahaya bagi Islam. Apa hal ini yang terus-menerus terjadi? Kemana mereka saat ada acara Islam seperti ini? Salah satu tanggal penting sejarah islam.
Apa tahun baru Islam sangat kecil maknanya bagi mereka?
Astaghfirullah.. Semoga saya, kita dan semua pemuda-pemudi Islam dapat menjadi lebih baik kelak. Dapat bijak dalam menilai hal-hal seperti ini, dan dapat lebih menghargai agamanya.
Amin.

Minggu, 05 Desember 2010

sekedar penyemangat

Jangan mengkhawatirkan apa yang belum terjadi. Karena berusaha merupakan kewajiban, hasil merupakan tujuan dan keberhasilan adalah bonus.

Memang antisipasi itu perlu, menimalisir kegagalan juga perlu, tapi kita tidak akan tau hasil jika kita tidak mencoba.

Resiko yang terbesar adalah tidak mengambil resiko itu sama sekali.

Jadi tetaplah berusaha, jangan takut apapun hasilnya itu.


Keep trying guys!!

Minggu, 29 Agustus 2010

Pidato bung Karno Ganyang Malaysia


Kalau kita lapar itu biasa

Kalau kita malu itu juga biasa

Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!

Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!

Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu

Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.

Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.

Yoo…ayoo… kita… Ganjang…Ganjang… MalaysiaGanjang… MalaysiaBulatkan tekad Semangat kita badja

Peluru kita banjak!

Njawa kita banjak!

Bila perlu satoe-satoe!!!

Para pejuang bagi keluarganya


Malam berangkat larut di Kali Besar Barat. Selasar di sebelah Toko Merah hingga dekat Diskotek Athena lengang. Di balik keremangan selasar tampak puluhan sepeda onthel kusam berdiri di samping puluhan pengemudinya yang terlelap di lantai. Sepeda dilengkapi payung, tas terpal plastik berisi pakaian, perlengkapan mandi, dan kunci-kunci baut seadanya.

Sebagian pengemudi ojek sepeda berselimut sarung, sedangkan lainnya membiarkan tubuhnya yang berkaus kutang dan celana kolor terbaring bebas di atas alas kardus. Di antara sepeda terbentang tali-tali rafia tempat bergantung handuk dan pakaian basah yang usai dicuci.

Bong San (50), Aming (46), Johari (50), dan Nasim (52), Rabu (25/8) malam itu, duduk di bangku panjang, tak jauh dari mereka. Keempatnya juga pengojek sepeda. Udin (45), pedagang nasi goreng gerobak, ikut berkumpul.

”Yang tidur di sini bisa sampai 60 pengojek. Tetapi, rata-rata setiap hari cuma 40 orang. Hari Minggu, yang tidur di sini tinggal 20 orang. Sebab, sebagian besar mereka kembali ke rumah,” kata Udin, yang sudah belasan tahun hidup di antara para pengojek sepeda itu.

Tak berapa lama, lima gelas kopi susu hangat dan dua bungkus rokok keretek tersaji, membuka percakapan tentang mereka, para pengojek sepeda.

Menurut keempat pengojek sepeda, sebagian besar mereka tinggal di Tangerang, Banten, sedangkan sebagian lainnya tinggal di Karawang, Jawa Barat. Bong San dan Aming tinggal di Bayur, Lebak Wangi, Sepatan, Tangerang. Nasim tinggal di Paku Haji, Tangerang, sedangkan Johari tinggal di Rengasdengklok, Karawang.

Pendapatan minim

Seperti halnya puluhan rekannya, umumnya mereka kembali ke rumah sepekan sekali. Mereka berangkat dari dan ke rumah dengan sepeda onthel-nya. ”Buat ngirit ongkos. Ongkos transpor dan ongkos tidur,” kata Johari.

”Dari rumah sampai Kali Besar kami butuh waktu sekitar tiga jam,” kata Johari.

”Kalau (maaf) alat vital kami sudah tidak terasa, itu berarti kami harus berhenti. Beristirahat sebentar agar peredaran darah kembali normal,” ujar Aming, yang sebelum mengojek sepeda menjadi buruh bangunan dan pekerja serabutan.

Saat ini, setiap hari mereka menyisihkan uang maksimal Rp 3.000. Kadang tak bisa, bahkan kadang sehari hanya makan sekali. ”Sekarang setiap hari kami hanya mampu mengumpulkan uang paling banyak Rp 20.000. Buat makan tiga kali, kopi dan rokok Rp 15.000. Buat mandi, buang air besar, dan mencuci pakaian Rp 3.000. Kakus umumnya di Gang Semalat, Jembatan Lima,” tutur Aming, ayah empat anak itu. Agar bisa menabung, ujar Udin, kadang mereka cuma makan sekali atau dua kali asal rokok dan kopi tidak ”putus”.

Hari sial datang bila ban sepeda mereka bocor. Itu artinya, mereka harus mengeluarkan biaya Rp 4.000. ”Apalagi, kalau bocornya di tengah perjalanan pulang dan sebaliknya. Kami terpaksa menunggu hari terang di mushala atau di warung. Uang yang kami sisihkan untuk keluarga bisa amblas,” kata Johari.

Menurut Johari, kualitas ban dalam sekarang sudah jauh merosot. ”Dulu, kondisi ban dalam dengan tujuh tambalan masih layak pakai. Bisa dipakai sampai lebih dari setahun. Sekarang, tiga bulan saja ban dalam sudah tiga kali tambal dan harus diganti. Harga ban dalam sekarang Rp 11.000 dan rata-rata harus sudah diganti setelah tiga bulan. Beraaat..., berat,” kata Johari.

Pengojek sepeda di wilayah Jakarta Barat seperti mereka umumnya membawa penumpang dari sekitar Kali Besar ke Mangga Dua, Teluk Gong, Jembatan Merah, Rajawali, Gajahmada, Glodok, hingga Tanjung Priok. Jika tak ada kasus harus ke bengkel sepeda, penghasilan mereka untuk keluarga sebulan cuma Rp 50.000.

Saat ini pelanggan mereka setiap hari tak lebih dari lima penumpang. Padahal, tahun 1980-an penumpang mereka setiap hari bisa mencapai 20 orang. ”Dulu semua masih murah, penumpang banyak. Ojek sepeda motor juga belum ada,” kata Bong San, yang sejak bujang sudah mengojek sepeda. Kini, ia sudah bercucu lima orang.

Penumpang mereka kebanyakan adalah gadis atau ibu-ibu, pedagang, dan pelajar dari kalangan kelas menengah ke bawah. Pada saat banjir, penumpang mereka bisa 20 orang. Dengan catatan, ”Siap-siap garpu sepeda rusak karena keropos oleh air hujan yang bercampur dengan air laut yang pasang,” kata Johari yang sudah memiliki dua cucu.

Tergusur

Sebagian pengojek sepeda di Kali Besar umumnya adalah ”korban pembangunan” bandar udara internasional. Mereka tergusur pada tahun 1973. Uang ganti rugi tanah dan rumah yang mereka terima menguap karena praktik calo dan teror.

Sebagian pengojek sepeda lainnya adalah petani yang lahannya susut karena meluasnya pusat perbelanjaan dan perumahan baru. ”Kalau sawah tidak kami lepas juga susah. Sebab, air untuk sawah sekarang sudah jauh berkurang. Pembagian airnya pun sudah main kuat-kuatan duit buat menyuap penjaga pintu air,” ujar Johari.

Bong San mengaku, keluarga orangtuanya adalah petani sirih yang memiliki lahan luas. Ia pun mendapat warisan tak sedikit dari sana. Tetapi, sejak tanah kebun dan rumahnya tergusur, Bong San tak memiliki pekerjaan lain selain pengojek sepeda.

”Awalnya para pengojek sepeda di sini memiliki sepeda ’bermerk’ dari Belanda dan Inggris,” tutur Bong San yang dibenarkan Johari. Sepeda ojek Bong San yang pertama bermerek Philips. Setelah itu, Hercules, Raleigh, dan Phonix. ”Terakhir, sepeda sabren alias onthel buatan bengkel lokal,” ujar Bong San sambil tertawa getir. Menurut mereka, onthel yang ideal untuk ngojek memang onthel buatan China bermerek Phonix. ”Soalnya, posisi rangka gapitnya lebih condong ke depan dan panjang ketimbang onthel Eropa.

Pascareformasi

Menurut Udin, selasar mulai menjadi ”losmen” puluhan pengojek sepeda sesudah reformasi 1998. ”Sebelumnya, selasar di deretan bangunan tua ini masih penuh pedagang kaki lima. Setelah banyak BUMN (badan usaha milik negara) dilikuidasi, gedung-gedung tua yang menjadi perkantoran BUMN kosong. Pedagang kaki lima pun menghilang. Selasar kosong danberbondong-bondonglah pengojek sepeda ke sini,” tutur Udin.

Antropolog UI, Iwan Tjitradjaya, yang dihubungi terpisah, Kamis (26/8), mengaku kagum dengan semangat hidup para pengojek sepeda ini. ”Masih ada saja orang-orang yang dengan segala keterbatasan aksesnya berani bekerja keras meski dengan pendapatan sebulan untuk keluarga, hitunglah cuma Rp 100.000 sebulan. Mereka mau ngotot mencari nafkah dengan jalan halal dan tidak mau menjadi pengemis. Dan, ini terjadi di Jakarta, di tengah hiruk-pikuk nafsu konsumtif dan kebanalan sosial,” kata Iwan.

Ia juga kagum terhadap kegotongroyongan di antara para tetangga di kampung halaman para pengojek sepeda. ”Bayangkan, mereka menitipkan keluarga mereka kepada para tetangga dengan beban ekonomi yang tidak ringan,” ujar Iwan.

Di lain sisi ia mengkritik, kondisi para pengojek sepeda yang nasibnya kian suram ini menunjukkan gagalnya pemerintah pascareformasi memperbaiki kesejahteraan kaum akar rumput. Menghilangkan wajah kemiskinan dengan sebatas mengusir para pengojek sepeda amat tidak bijaksana.

sumber : http://cetak.kompas.com/read/2010/08/28/05184779/losmen.di.tepian.kali.besar

Asal usul upacara Kasada di Bromo


Bromo mempun
yai pesona alam yang sangat luar biasa, tidak akan pernah habis kekaguman kita oleh pemandangan alam yang indah. Gunung Bromo berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Brahma atau seorang dewa yang utama, gunung bromo ini merupakan gunung yang masih aktif dan objek pariwisata yang sangat terkenal diwilayah jawa Timur. Gunung bromo mempunyai ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut.
Padang Savana di alam pegunungan yang sangat sejuk, kita dapat melihat rerumputan kering dan padang pasir yang sangat luas. Yang sangat menarik dan indah pada saat matahari terbit yang kita lihat dari Puncak Gunung di Pananjakan, karena kabut yang menyelimuti bawah gunung bromo membuat panorama indah dan mistik. Untuk mencapai gunung pananjakan kita dapat menyewa mobil hardtop yang banyak terdapat di penginapan. Atau jika anda ingin menikmati pemandangan secara alami dan sehat anda dapat melewati jalan setapak menunuju jalan penanjakan. Tetapi sangat disarankan anda menyewa guide yang sudah sangat terbiasa akan jalan dan medan di Bromo.
Selain itu juga Suku Tengger memiliki daya tarik yang luar biasa karena mereka sangat berpegang teguh pada adat istiadat dan budaya yang menjadi pedoman hidupnya. Pada tahun 1990 suku tengger tercatat berjumlah 50 ribu yang tinggal dilereng gunung Semeru dan disekitar kaldera. Mereka sangat dihormati oleh penduduk sekitar karena mereka sangat memegang teguh budaya mereka dengan hidup jujur dan tidak iri hati. Konon Suku tengger adalah keturunan Roro Anteng(putri Raja Majapahit) dan Joko Seger (putera brahmana). Bahasa daerah yang mereka gunakan sehari hari adalah bahasa jawa kuno. Mereka tidak memiliki kasta bahasa, sangat berbeda dengan Bahasa jawa yang dipakai umumnya karena mempunyai tingkatan bahasa.
Sejak Jaman Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci, karena mereka dianggap abdi – abdi kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih menganut agama hindu, Setahun sekali masyarakat tengger mengadakan upacara yadnya Kasada. Upacara ini berlokasi disebuah pura yang berada dibawah kaki gunung bromo. Dan setelah itu dilanjutkan kepuncak gunung bromo. Upacara dilakukan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama dibulan kasodo menurut penanggalan jawa.
Tempat untuk mengadakan upacara kasada adalah Pura Luhur Poten Gunung Bromo, tidak seperti pemeluk hindu pada umumnya yang memiliki candi candi sebagai tempat ibadah. Namun poten merupakan sebidang tanah dil ahan pasir sebagai tempat berlangsungnya upacara kasada.

Asal usul upacara Kasada terjadi beberapa abad yang lalu “Pada masa pemerintahan Dinasti Brawijaya dari kerajaan Majapahit, permaisuri dikaruniai anak perempuan yang bernama Roro Anteng. Setelah beranjak dewasa sang Putri jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari Kasta Brahmana yang bernama Joko Seger. Pada saat Kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan dan semakin berkibarnya perkembangan Islam di P Jawa. Beberapa orang kepercayaan kerajaan dan sebagian keluarganya memutuskan pergi kewilayah timur. Dan sebagian besar ke kawasan pegunungan tengger, termasuk Roro Anteng dan Joko Seger. Setelah mereka menjadi penguasa diwilayah ini, mereka sangat sedih karena belum dikaruniai seorang anak. Berbagai macam cara mereka coba, sampai pada akhirnya mereka kepuncak Gunung Bromo untuk bersemedi. Akhirnya permintaan mereka dikabulkan dengan munculnya suara gaib, dengan syarat anak bungsu mereka setelah lahir harus dikorbankan kekawah gunung bromo. Setelah mereka dikaruniai 25 orang anak, tiba saatnya mereka harus mengorbankan si bungsu. Tetapi mereka tidak tega melakukannya, karena hati nurani orang tua yang tidak tega membunuh anaknya. Akhirnya sang dewa marah dan menjilat anak bungsu tersebut masuk kekawah gunung, timbul suara dari si bungsu agar orang tua mereka hidup tenang beserta saudara-saudaranya. Dan tiap tahun untuk melakukan sesaji yang dibuang ke gunung bromo. Sampai sekarang adat istiadat ini dilakukan secara turun menurun.

sumber : http://aci.detik.com/read/2010/08/27/083032/1429067/952/upacara-kasada-di-bromo

Senin, 23 Agustus 2010

masalah adalah harapan yang tidak sesuai kenyataan

Ketika kita mengharapkan sesuatu terlalu besar dan tidak terwujud, itu menjadi masalah di diri kita.
dan sekarang bagaimana kita berharap tanpa takut menjadi masalah kelak. Jangan menggantungkan sesuatu hal kepada orang lain terlalu besar, ingat jika kita di posisi pemohon buatlah kita disisi pemohon yang bijak, sisi pemohon yang bisa menerima kenyataan itu kelak tanpa menjadi masalah. Sulit memang, saya pun merasakannya. Ketika kita menaruh harapan terlalu besar kepada orang lain dan hal itu tidak bisa menjadi kenyataan itu akan menjadi masalah, bahkan membuat kita terpuruk. Kita, maaf tepatnya SAYA, terlalu yakin bisa menggapainya, karena Saya punya cukup alasan yang saya yakin bisa menggapai hal itu. Jika difikir dengan logika, pastilah saya benar dan PASTI saya mendapatkannya. Tetapi, tidak semua hal bisa dicerna dengan logika. Tuhan memberi kita akal untuk berfikir, membuat suatu rancangan yang membuat kita yakin untuk melakukan atau tidak suatu hal. Dan jangan lupa, Tuhan juga memberikan kita HATI, yang bekerja sendiri tanpa bisa diperintah otak.
Berpikir dengan Otak akan membuat kita pintar, dan berpikir dengan hati akan membuat kita bijak.
Berpikir dengan OTAK dan HATI akan membuat kita PINTAR dan BIJAK. Semoga..........


Minggu, 28 Februari 2010

refreshing to kawah ratu






start dari rumah rage, jam 8,perjalanan sekitar 3 jam qta udah sampe kaki kawah ratu. oia qta jalan ber 4, gw, babay, rage n perot. tadi nya ndu mo ikut, untung aja ga jadi klo ikut gw yakin dya pasti mampus disana.

di pintu gerbang seperti byasa ada akamsi ( anak kampung situ ) yang minta bayar uang masuk, pertama 10rb/org, tapi tawar menawar jadi 5rb/ org. oia gw sempet ngobrol sama org taman nasional nya setelah qta naik, itu bakalan gw critain nanti lah.

nyampe sana tumben banget penuh di mank koko ( tempat byasa qta nongkrong sebelum naik ).

nah kebetulan banged si babay ngajakin maen gaple, pas bener. ya karena gw, perot, rage tuh gaple holic n udh lama bgd ga maen. nah pas maen itu malah dya ga duduk2. emank si 1 rit nya itu lama banged ga pnh ada yg mulus. dan babay jongkok qra2 3 jam!! hahaa.. jam 12 qta maen, dan jam3 qta selesai.

pasang alarm lah jam 7, eh ternyata qta udh bangun jam 5 an. baru kali ini alarm nya di bangunin sama yg pasang. :D

qta jalan lebih pagi sekitar jam 7.30 bis sarapan teh sama indomie, packing lagi yg harus dibawa,anya-anyu, bayar n we ready to challenge ( cie elah, maklum udh lama ga naek )

qta sempet liat klo pendakian ditutup, tapi krna qta pandai mengarang, pas ditanya blg nya ke air terjun. lumayan juga si. apalagi gw cm pke sendal jepit busa itu berasa banged, sampe gw naplak, itu juga msi sakit coy, mklm byk batu, duri, jalannya benyek pula lagi. tapi ALLAH mengutus hambanya yg bernama FERY FERDIAN alias CALING alias PEROT bwt pinjemin sendal nya yg top markotop ke gw, merk nya ANDO, LIKE THIS banged tuh juragan, mantap, memberikan BUKTI, bukan JANJI. akhirnya gw dapat berjalan dengan nyaman, aman sentosa n berbahagia pula. Dan perot lah yg menderita. udah sempet qta salah jalan, jalannya ancur banged dah, kyk muka nya "tiiiiiiiiiiiiiittttt" sensor maksudnya, seseorang yang sakral nama ny buat disebut, konon bisa sial tujuh turunan. tapi untungnya qt ada rage, makhluk yg plg mengerti tentang alam, katanya alam barzah pun dya tau juga , ( loh kok.. ) qta dapet juga jalan yg bener. oia sekedar informasi, klo lo lagi hiking, trs byk jalan, cb liat ada ranting yg sengaja di tanem ga di jln itu, klo ada ranting yg kyk palangin jalan, itu berarti jalannya buntu, ato blm dibuka jalurnya, jadi jangan coba2 lewat situ, bahaya. pas jalan si ga byk hal2 aneh, hmpr smwnya byasa aja, plg2 babay agak sedikit lebay, maklum dya byasa oncang2 kaki ngitung duit kontrakan, tau2 suruh hiking. sampe kawah mati, ada danau dulu blm ada, tapi sekarang ada, itu kyk proses alami sih. kawah mati itu sendiri klo di gamparin, eh mksdya di gambarin mgkn kyk kawah yg mati seperti byasa, tapi ada 1 nisan pendaki disitu, gw lupa namanya. trs kita jln lagi ke kawah yg ke 2, itu msi aktif kyknya, dan disana qta ngeliat elang, itu jarak plg deket lah yg qta byasa liat. lagi kejar2 an ma burung kecil, g tau itu anaknya, sodaranya ato siapapun gw jg ga kenal ini. tapi kata rage, itu elang nya lagi mnta chip mknya burung kecilnya. oia ada insiden kecil si, perot kakinya kejebak sama lumpur belerang, lumayan tuh, hampir selutut. nah trs sendal gw dah yg jadi korban, tenggelem tuh di lumpur, dan gw yg sangat bertanggung jawab sama sendal gw ( ya iyalah, daripada nyeker plg nya ) nyoba bwt ngambil, ehhh... malah gw nyebur juga, udh gt di poto lagi tuh ma babay.

qta ga lama kok, cm poto2 sbntr, trs ngerokok lah pastinya, walaupun rokok tiris, tapi gw, rage, perot tetep berkomitmen bwt ga mnta rokoknya babay. turunnya juga byasa, sampe sendal gw buat ulah lagi, dya copot dari lobangnya, mulai de gw jadi anak PMR, ujung sendal nya yg jepit itu gw plester, byar padet n ga copot, ternyata pas jalan beberpa x copot trs, ya udh gw perban skalian, ga pke betadine tapi. manja banged dah tuh sendal, biaya perawatannya ngalahin hrga sendalnya yg cm 15rbu. qta emank udh pnya rencana bwt ngobak dulu di air terjun. tau sendri lah, umur doank pd tua, tpi kelakuan ga tua2, ga pd nyadar ma umur. mana mandi di air terjun pke sempak doank lah, cb klo ada yg liat, bs dpt gratisan doi.

stlh nympe bawah, qta emank mw ngopi2 dulu, baru pulang, tapi ada bapak2 yg duduk situ, trs mulai ngbrl2, ternyata doi org taman nasional, qta sempet tnya ttg kawah ratu itu sendiri, dari akamsi yg mnta in duit di gerbang tnpa dapet tiket, hrga tmn nasional di jabar knp lebih mahal dr propinsi lain, n bnyk lah. ada jg beberapa hal yg emank ga blh di publish, sory krn mygkt hal2 tertentu.

ga lama ngbrl, tmbh beberapa wawasan lah, qta niat balik, tpi ujan deres, trs nunggu beberapa saat qta baru cabut.

klo lo ada penyakit jantung, epilepsi, jangan naek motor ma rage, krna lo bs mati mendadak, ato epilepsi lo pasti kambuh, gw jamin itu! dy misah di st. bogor, doi naek kreta, krn perot jg jmpt ce nya. sblm pisah sempet2 nya nyumpahin klo bakal ujan deres, eh ternyata bener. lagian juga lagi cap gomeh, udh di kota ujan, ada cap gomeh jg, ga kelar2 tuh ujannya, jalannya macet lagi di bogor, ujan deres pula, akhrnya gw mutusin lewat bojong brg perot, krna jalan ke cibinong di blokir tadi.

nyampe rmh jam 6.30 an, pas maghrib. emank cape bgd, kaki pada kram, jari tngan ngrekotho, pinggang kebelah dua, ga ada beres dah tuh badan. tapi ya begitulah, gw lebih suka jalan ke tmpt2 yg cenderung ke alam, drpd kyk anak2 muda jaman skrg, pdhl umur gw ma mrk skitar 22-23, tpi kelakuan kyk anak smp, selera musik rock classic, mlm minggu maen poker ato gaple, plg mentok ke warkop. jauh banged dah dari harapan. tapi im enjoy with my life, n enjoy with my friends.

gw nulis kisah ini bukan cari sensasi, cm pengen shared aja, ttg perjalanan gw, yg berarti sebagian waktu dari hidup gw, dan orang2 yg slama ini ada bersama gw.

tx.